Nama Startup Saya Keliru atau Kurang Pas?
As read on Tech in Asia | Mungkin di Indonesia nama startup tidak terlalu dianggap penting. Terkait hal ini, setidaknya ada dua pandangan keliru.
Pandangan keliru pertama, bahwa nama tidak akan membantu apa pun jika produknya jelek. Apa benar? Lalu, bagaimana jika produknya bagus? Contohnya startup layanan pesan antar, namun diberi nama LELETABIS?
Pandangan keliru kedua, bahwa sebaiknya nama yang kita buat ramah dengan mesin pencari. Harapan besar dari para pembuat nama dan founder startup adalah namanya mudah ditemukan oleh potential user yang mengetik keyword tertentu di mesin pencari.
Padahal, untuk menyiasati agar startup kita terdeteksi mesin pencari, kita bisa membuat slogan yang menarik dan sesuai dengan layanan atau produk yang kita buat.
Tiga mantra penamaan yang “kurang pas”
Dari ratusan nama-nama startup Indonesia yang saya kumpulkan, setidaknya ada tiga mantra penamaan “kurang pas” yang sering—atau bahkan selalu—digunakan oleh startup di Indonesia.
Pertama, yang penting “catchy.” Prinsip mudah diingat atau menarik perhatian memang merupakan bagian dari teknik penamaan. Namun, jika nama “catchy” tidak dapat membangun identitas merek, untuk apa? Apalagi untuk mendapatkan “catchy” ini harus membonceng nama yang sudah besar.
Ya, saya merujuk pada Tokopedia, Telunjuk, Kukuruyuk, LabConX, dan Taralite.
Kedua, mantra “kami hanya main di pasar ini”. Saya menyebutnya sebagai nama “ogah global” Sepertinya ini sedikit bertentangan dengan ekosistem startup, karena akses internet akan membawa startup ke dunia yang lebih luas. Akan tetapi, kesempatan itu akan terhenti, karena dari namanya saja tidak berani go global.
Beberapa contohnya adalah BukaLapak, CekAja, Nonton, dan RumahBengkel. Namun, kalau alasannya untuk mengusai pasar lokal, silakan saja, sih.
Mantra ketiga ini masih mewabah. Atau mungkin juga karena nama-nama besar sudah menguasai. Apa yang saya maksud adalah nama yang dibuat dengan cara “memaksa”, yaitu memodifikasi kata untuk menghasilkan kata atau nama baru. Misalnya Jualo, Spatuku, Qerja, dan Gosuka.
Nah, sekarang coba kita amati nama-nama besar berikut: Yahoo, Google, Bing, Facebook, dan Twitter. Apakah mereka berharap ditemukan oleh potential users melalui mesin pencari? Bukankah dari namanya saja mereka sudah terlihat siap untuk go global tanpa “paksaan”?
Menurut kamu, apakah nama-nama startup yang sedang naik daun sekarang sudah pas? Atau kamu memiliki ide bagaimana membuat sebuah nama menjadi pas? Saya lebih suka menggunakan kata pas. Karena kata ini akan berhubungan dengan situasi ketika nama itu akan digunakan.