Pertimbangan Budaya dalam Membuat Nama Usaha
Nama usaha yang kita gunakan sangat terkait dengan budaya dimana usaha kita dijalankan. Oleh karena itu, budaya menjadi penting untuk dipertimbangkan. Satu contoh yang paling jelas adalah nama B O K E R yang di Indonesia berarti buang hajat dan Honda Fitta yang akhirnya diganti menjadi Honda Jazz karena Fitta di dalam bahasa Swedia berarti jenis kelamin perempuan. Mengapa budaya menjadi penting untuk dipertimbangkan dalam proses pembuatan nama usaha?
Faktor Budaya Dalam Membuat Nama Usaha
Secara sederhana, budaya adalah cara berfikir atau cara pandang yang berlaku di suatu masyarakat. Budaya ini sangat terkait dengan bahasa dan tentu makna yang ditimbulkan dari bahasa tersebut. Seorang budayawan Indonesia, Koentjaraningrat, menjelaskan bahwa budaya merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan dan karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, budaya merupakan sistem pola pikir yang berlaku di suatu masyarakat tertentu.
Pandangan lain disampaikan oleh Purimahua yang menyebutkan bahwa faktor budaya adalah kebiasan suatu masyarakat dalam menanggapi sesuatu yang dianggap memiliki nilai dan kebiasaan, yang dimulai sejak mereka menerima informasi, berdasarkan posisi sosial mereka dalam masyarakat, dan pengetahuan tentang apa yang mereka rasakan. Dari definisi ini, budaya menjadi sangat penting untuk dalam menentukan atau membuat nama usaha. Bahkan, faktor budaya menjadi prioritas.
Kesalahan yang sering terjadi dalam pembuatan nama, khususnya yang berkaitan dengan budaya, adalah pesan atau arti yang ditimbulkan dari nama usaha yang dibuat. Bisa saja suatu nama memiliki arti atau pesan positif di suatu budaya, namun memiliki arti atau pesan negatif di budaya lainnya. Karenanya, ketika kita memahami sistem nilai yang berlaku di suatu masyarakat (budaya), kita akan lebih teliti dalam memilih nama usaha. Sangat dianjurkan untuk tidak melawan arus sistem nilai yang berlaku, khususnya terkait arti atau makna dari nama usaha yang akan kita gunakan.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa faktor budaya mulai bekerja sejak informasi diterima, yang kemudian diolah dengan pengetahuan atau kebiasaan yang berlaku di suatu masyarakat tertentu. Terkait dengan penamaan, sebuah nama adalah informasi. Ketika nama usaha kita menyampaikan informasi yang “bertentangan” dengan cara pikir atau cara pandang (budaya), maka informasi tersebut akan menerima “perlawanan”. Jika hal ini terjadi, maksud baik yang akan disampaikan melalui nama usaha cenderung akan gagal.
Singkatnya, dalam membuat nama usaha, hendaknya faktor budaya harus dipertimbangkan. Tanyakan kepada diri kita apakah nama usaha yang kita buat memiliki pesan negatif di suatu budaya tertentu? Apakah nama usaha yang kita buat mengandung arti berbeda atau bahkan berlawanan di suatu budaya tertentu?
Yang terbaru adalah kasus tidak bisa mendapatkan label halal karena nama GACOAN dianggap mengandung arti yang tidak berterima dengan budaya tertentu. Di suku Jawa, GACOAN berarti taruhan. Selain itu ada juga yang menyebutkan terkait nama makanan dan minuman di Mie Gacoan yang diketahui memiliki nama-nama tidak lazim, seperti Mie Angle, Mie Setan, dan Mie Iblis.
Demikian pertimbangan budaya dalam membuat nama usaha. Jika Anda memerlukan konsultasi terkait pembuatan nama usaha, silakan hubungi namSlog melalui form konsultasi.